PENDIDIKAN ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
TEKNOLOGI ( IPTEK)
A.
FAKTOR
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Kemajuan teknologi dalam
tiga dasawarsa ini telah menampakkan pengaruhnya pada setiap dan semua
kehidupan individu, masyarakat dan negara. Dapat dikatakan bahwa tidak ada
orang yang dapat menghindar dari pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), IPTEK bukan saja dirasakan individu, akan tetapi dirasakan
pula oleh masyarakat, bangsa dan negara.
Kehadiran IPTEK di
negara-negara maju, sudah lama dirasakan pengaruhnya, karena pada negara-negara
tersebutlah kemajuan itu mula-mula dicapai. Sebaliknya bagi negara-negara
berkembang, pengaruh tersebut baru mulai dirasakan antara lain seperti dalam
bidang informasi, buku-buku, media TV, radio, video, internet dan lain
sebagainya.
Sekarang yang menjadi
persoalan sekaligus pertanyaan bagi kita tentunya adalah bagaimana dengan
eksistensi pendidikan Islam dalam menghadapi arus perkembangan IPTEK yang
sangat pesat tersebut. Bagaimanapun tampaknya pendidikan Islam (terutama
lembaganya) dituntut untuk mampu mengadaptasikan dirinya dengan kondisi yang
ada. Disamping dapat mengadaptasi dirinya, pendidikan Islam juga dituntut untuk
menguasai IPTEK, dan kalau perlu merebutnya.
Kenyataan untuk merebut
teknologi dan ilmu pengetahuan tersebut adalah sangat penting, sebab sekarang
pembangunan nasional diarahkan dengan orientasi pada teknologi industri, dalam
hal ini tak terkecuali dalam bidang pendidikan.
Menurut Prof. Dr. Ing. BJ. Habibie,
ada lima prinsip yang harus diikuti untuk mencapai penguasaan IPTEK yaitu:
a. Melakukan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia (SDM) dalam bidang IPTEK yang
relevan dengan pembangunan bangsa.
b. Mengembangkan konsep masyarakat teknologi dan
industri serta melakukan usaha serius dalam
merealisasikan konsep tersebut.
c. Adanya transfer, aplikasi dan pengembangan
lebih jauh dari teknologi yang diarahkan pada
pemecahan masalah-masalah nyata.
d. Kemandirian teknologi,
tanpa harus bergantung ke luar negeri.
e. Perlu adanya perlindungan terhadap teknologi
yang dikembangkan di dalam negeri hingga
mampu bersaing di arena
internasional.[1]
Sementara itu pendidikan
Islam yang tugas pokoknya menelaah dan menganalisis serta mengembangkan
pemikiran, informasi dan fakta-fakta kependidikan yang sama sebangun dengan
nilai-nilai ajaran Islam dituntut harus mampu mengetengahkan perencanaan
program-program dan aktivitas-aktivitas operasional kependidikan, terutama yang
berkaitan dengan pengembangan dan pemanfaatan IPTEK sebagaimana digambarkan
diatas.
B.
STRATEGI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGHADAPI TANTANGAN MODERNISASI BERKAT KEMAJUAN
IPTEK.
Pendidikan Islam mempunyai sesuatu kekuatan yang sangat
signifikan dipertahankan atau dikembangkan. Hal ini mungkin dapat dilihat dari
tataran filosofis atau konseptual dan Pengalaman selama ini dari
lembaga-lembaga pendidikan Islam yang dari waktu ke waktu telah mampu tumbuh di
tengah-tengah dinamika masyarakat.
a.
Motivasi
kreatifitas anak didik ke arah pengembangan IPTEK itu sendiri, dimana
nilai-nilai Islam menjadi sumber acuannya.
b.
Mendidik
keterampilan, memanfaatkan produk IPTEK bagi kesejahteraan hidup umat
manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya.
c.
Menciptakan
jalinan yang kuat antara ajaran agama dan IPTEK, dan hubungan yang akrab
dengan para ilmuwan yang memegang otoritas IPTEK dalam bidang masing-masing.
d.
Menanamkan
sikap dan wawasan yang luas terhadap kehidupan masa depan umat manusia
melalui kemampuan menginterpretasikan ajaran agama
dari sumber-sumbernya yang murni dan kontekstual
dengan masa depan kehidupan manusia.[2]
Jadi kesanalah pendidikan
Islam diarahkan, agar pendidikan Islam tidak hanyut terbawa arus modernisasi
dan kemajuan IPTEK. Strategi tersebut merupakan sebagian solusi bagi pendidikan
Islam untuk bisa lebih banyak berbuat. Kendatipun demikian, pendidikan Islam
tentu saja tidak boleh lepas dari Idealitas Al-Qur’an dan As-Sunnah yang
berorientasikan kepada hubungan manusia dengan Allah SWT. (Hablumminallah), hubungan
manusia dengan sesamanya (Hablumminannas)
dan dengan alam sekitarnya.
Dari ketiga orientasi tersebut,
tampaknya hubungan dengan alam sekitar menjadi dasar pengembangan IPTEK, sedang
Hablumminallah menjadi
dasar pengembangan sikap dedikasi dan moralitas yang menjiwai pengembangan
IPTEK, sedang Hablumminannas
menjadi dasar pengembangan hidup bermasyarakat yang berpolakan atas
kesinambungan, keserasian, dan keselarasan dengan nilai-nilai moralitas yang
berfungsi menentramkan jiwa manusia, sehingga terciptalah kedamaian.
Firman allah dan sabda nabi saw.,
berikut mengajak kearah sikap dan ketajaman wawasan tersebut :
Artinya : wahai orang-orang
beriman bertakwalah kepada allah dan hendaklah setiap diri manusia
memperhatikan hal-hal apa yang hendak dilaksanakan hari esok. Dan bertakwalah
kamu kepada allah sesungguh nya allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (
al-hasyr ayat:18)[3]
C.
TANTANGAN
PENDIDIKA ISLAM DI ERA GLOBALISASI
Dengan demikian, era
globalisasi adalah tantangan besar bagi dunia pendidikan. Dalam konteks ini,
Khaerudin Kurniawan (1999), memerinci berbagai tantangan pendidikan menghadapi
ufuk globalisasi.
Pertama,
tantangan untuk meningkatkan nilai tambah, yaitu bagaimana meningkatkan
produktivitas kerja nasional serta pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, sebagai
upaya untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan berkelanjutan (continuing development ).
Kedua,
tantangan untuk melakukan riset secara komprehensif terhadap terjadinya era
reformasi dan transformasi struktur masyarakat, dari masyarakat
tradisional-agraris ke masyarakat modern-industrial dan informasi-komunikasi,
serta bagaimana implikasinya bagi peningkatan dan pengembangan kualitas
kehidupan SDM.
Ketiga, tantangan
dalam persaingan global yang semakin ketat, yaitu meningkatkan daya saing
bangsa dalam menghasilkan karya-karya kreatif yang berkualitas sebagai hasil
pemikiran, penemuan dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Keempat,
tantangan terhadap munculnya invasi dan kolonialisme baru di bidang Iptek, yang
menggantikan invasi dan kolonialisme di bidang politik dan ekonomi.[4]
Semua tantangan tersebut menuntut adanya
SDM yang berkualitas dan berdaya saing di bidang-bidang tersebut secara
komprehensif dan komparatif yang berwawasan keunggulan, keahlian profesional,
berpandangan jauh ke depan (visioner),
rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi serta memiliki keterampilan yang
memadai sesuai kebutuhan dan daya tawar pasar.
Kemampuan-kemampuan itu harus dapat
diwujudkan dalam proses pendidikan Islam yang berkualitas, sehingga dapat
menghasilkan lulusan yang berwawasan luas, unggul dan profesional, yang
akhirnya dapat menjadi teladan yang dicita-citakan untuk kepentingan
masyarakat, bangsa dan negara.
D.
PERENCANAAN
PROGRAM PENDIDIKAN ISLAM
Dalam merencanakan program
ini kita perlu mengidentifikasikan delapan masalah pokok.
a. Apkah
ajaran islam memberikan ruang lingkup berfikir kreatif manuia dan sejauhmana
ruang lingkup tersebut diberikan kepada manusia.
b. Potensi
psikologis apasajakah yang menjadi sasaran pendidikan islamterutama dalam
kaitan nya dengan kreatifitasyang berhubungan dengan perkembangan iptek.
c. Bagaimana
sistem metode pendidikan yang tepat guna dalam proses kependidikan islam yang
kontekstual dengan iptek tersebut.
d. Keterampilan-keterampilan
apa saja kah yangdiperlukan anak didik dalam mengelola dan memanfaatkan iptek
modren sehingga dapat menyejahterakan kehidupan manusia, khusus nya umat islam.
e. Sampai
seberapa jauh anak didik diharapkan mampu mengendalikan dan menangkal
dampak-dampak negatif dari iptek.
f. Sebalik
nya, apakah nilai moral dan sosial keagamaan mampu memberikan dampak positif
terhadap kemajuan iptek modren tersebut.
g. Kompetensi
guru agama apkah yang harus dimiliki sebagai hasil (produk) lembaga pendidikan
profesional keguruan yang dapat diandalkan untuk menghadapi modernitas umat
berkat kemajuan iptek tersebut./
h. Gagasan
baru apa sajakah yang harus dirumuskan kembali dalamerencanaan pendidikan
jangka panjang dan pendek.[5]
E.
TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Secara
umum, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt, serta berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dari tujuan tersebut, dapat ditarik beberapa
dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan Pendidikan Agama
Islam, yaitu :
1)
Dimensi Keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.
2) Dimensi Pemahaman atau Penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.
2) Dimensi Pemahaman atau Penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.
3)
Dimensi Penghayatan atau Pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan
ajaran agama Islam.
4)
Dimensi Pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani,
dipahami dan dihayati oleh peserta didik itu mampu diamalkan dalam kehidupan
pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt dan
berakhlak mulia, serta diaktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.[6]
Tujuan
Pendidikan Agama Islam yang bersifat umum itu, kemudian dijabarkan dalam tujuan
khusus pada setiap jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Pendidikan
Agama Islam pada jenjang pendidikan dasar, bertujuan memberikan kemampuan dasar
kepada peserta didik tentang agama Islam untuk mengembangkan kehidupan
beragama, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah swt serta berakhlak mulia sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
negara dan umat manusia.
Tujuan pendidikan
merupakan suatu kondisi yang menjadi target penyampaian pengetahuan. Tujuan ini
merupakan acuan dan panduan untuk seluruh kegiatan yang terdapat dalam seluruh
system pendidikan. Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mempersiapkan anak
didik atau individu dan menumbuhkan segenap potensi yang ada, baik jasmani
maupun rohani agar dapat hidup dan berpenghidupan sempurna, sehingga ia dapat
menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi dirinya dan umatnya.
Dengan demikian dapat
dilihat bagaimana tujuan pendidikan Islam yang dirumuskan oleh Al-Ghazali dalam
kitabnya, seperti yang dikutip oleh Zainuddin, dkk, yaitu:
1.
Mempelajari
ilmu pengetahuan semata-mata untuk ilmu pengetahuan itu saja.Al-Ghazali dalam
bukunya, seperti dikutip oleh Zainuddin, dkk, mengatakan bahwa: Apabila engkau
mengadakan penelitian atau penalaran terhadap ilmu pengetahuan, maka engkau
akan melihat kelezatan padanya, oleh karena itu tujuan mempelajari ilmu
pengetahuan adalah karena ilmu pengetahuan itu sendiri.
2.
Tujuan
utama pendidikan adalah pembentukan akhlak .Al-Ghazali mengatakan bahwa: Tujuan
murid mempelajari segala ilmu pengetahuan pada masa sekarang adalah
kesempurnaan akhlak dan keutamaan jiwanya.
3.
Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Bagi Al-Ghazali menimba pengetahuan tidaklah semata-mata untuk tujuan akhirat, akan tetapi terdapat keseimbangan tujuan hidup termasuk kebahagiaan di dunia.
Bagi Al-Ghazali menimba pengetahuan tidaklah semata-mata untuk tujuan akhirat, akan tetapi terdapat keseimbangan tujuan hidup termasuk kebahagiaan di dunia.
Dan sesungguhnya engkau
mengetahui bahwa hasil ilmu pengetahuan adalah pendekatan diri pada Tuhan
pencipta alam, menghubungkan diri dan berhampiran dengan ketinggian malaikat,
demikian itu adalah akhirat. Adapun di dunia adalah kemuliaan, kebesaran,
pengaruh pemerintahan bagi pemimpin Negara dan penghormatan menurut
kebiasaannya.
Untuk mencapainya sebuah
tujuan dalam pendidikan Islam, maka unsur dalam pendidikan itu haruslah
dirumuskan dengan baik. Program yang akan dijadikan rujukan dalam pelaksanaan
pendidikan Islam tentunya harus sinergis dengan tujuan yang ingin dicapai,
berdasarkan nilai-nilai Islam, termasuk tujuan manusia diciptakan di muka bumi
ini
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari
uraian diatas, dapat kita ambil sedikit kesimpulan bahwa tantangan pendidikan
islam sangatlah berat dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi oleh sebab itu pendidikan agama islam harus bisa memfilter
budaya-budaya yang masuk melalui perkembangan iptek tersebut. kebijakan
pendidikan Islam di Indonesia sangatlah dipengaruhi oleh faktor-faktor telah
dijelaskan diatas (dengan tanpa faktor politik pemerintahan), dan konsep
pendidikan Islam yang kita harapkan adalah sesuai dengan al-Qur’an dan
al-Hadits serta sesuai dengan fitrah manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,muzayin.2009.
KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM. JAKARTA; bumi aksara.
Nata,
Abuddin, , 2006. MODERNISASI
PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA, Jakarta : UIN JAKARTA
PRESS cet. I
[1] Nata, Abuddin, , 2006.
MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM
DI INDONESIA, Jakarta : UIN JAKARTA
PRESS cet. I
[3]
ibid
[4] : http://kafeilmu.com/2011/02/pentingnya-pendidikan-islam-terhadap-pasang-surutnya-iptek.html#ixzz1ZtQ73QLO
[5] ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar