KOMITMEN GURU PROFESIONAL
oleh
PARDIYANTO
1209.09.05555
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI)
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2011/ 2012
KATA PENGANTAR
Alhamulilah
saya panjatkan kehadirat allah swt karna limpahan rahmat dan karuniaNYA saya
dari kelompok 5 bisa menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yg telah di
tentukan dosen pembimbing.
Tidak
lupa pula salawat beriring salam saya ucapkan pada junjungan besar nabi
Muhammad saw yang telah merubah akhlak seluruh umat muslim di dunia. Makalah
saya ini membahas tentang KOMITMEN GURU PROFESIONAL dalam mata kuliah PROFESI
KEGURUAN. saya membahas bagai mana pengertian, jenis jenis, karakteritik, dan
pengaruh terhadap komitmen guru profesional.
saya
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan yang
memerlukan kritik dan saran bagi pembaca makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Komitmen organisasi yang tinggi
sangat diperlukan dalam sebuah organisasi, karena terciptanya komitmen yang
tinggi akan mempengaruhi situasi kerja yang profesional. Berbicara mengenai
komitmen organisasi tidak bisa dilepaskan dari sebuah istilah loyalitas yang
sering mengikuti kata komitmen. Pemahaman demikian membuat istilah loyalitas
dan komitmen mengandung makna yang confuse.
Loyalitas disini secara sempit
diartikan sebagai seberapa lama seorang karyawan bekerja dalam suatu organisasi
atau sejauh mana mereka tunduk pada perintah atasan tanpa melihat kualitas
kontribusi terhadap organisasi. Muncul suatu fenomena di Indonesia bahwa seorang
karyawan akan dinilai loyal, bilamana tunduk pada atasan walaupun bukan dalam
konteks hubungan kerja. (Alwi, 2001).
Dalam dunia kerja, komitmen
seseorang terhadap organisasi/perusahaan seringkali menjadi isu yang sangat
penting. Saking pentingnya hal tersebut, sampai-sampai beberapa organisasi
berani memasukkan unsur komitmen sebagai salah satu syarat untuk memegang suatu
jabatan/posisi yang ditawarkan dalam iklan-iklan lowongan pekerjaan. Sayangnya
meskipun hal ini sudah sangat umum namun tidak jarang pengusaha maupun pegawai
masih belum memahami arti komitmen secara sungguh-sungguh. Padahal pemahaman
tersebut sangatlah penting agar tercipta kondisi kerja yang kondusif sehingga
perusahaan dapat ber-jalan secara efisien dan efektif. Dalam rangka memahami
apa sebenarnya komitmen individu terhadap organisasi/perusahaan yaitu
organisasi profesi keguruan dan apa dampaknya bila komitmen tersebut tidak
diperoleh dan mengapa hal tersebut (komitmen) perlu dipahami.
B.Rumusan Masalah
·
Apa yang dimaksud dengan Komitmen
Guru?....
·
Jenis jenis Komitmen Guru?....
·
Karakteristik Komitmen Guru
Profesional?....
·
Sikap Guru Profesional?....
·
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Komitmen Guru Profesional?....
BAB II
PEMBAHASAN
KOMITMEN GURU PROFESIONAL
Komitmen adalah tindakan yang anda ambil untuk menopang suatu pilihan
tindakan tertentu, sehingga pilihan tindakan itu dapat kita jalankan dengan
mantap dan sepenuh hati. Dan dalam UU RI no 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen juga telah dijelaskan dalam BAB III pasal 7 yang
berbunyi bahwa Guru dan Dosen harus memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu
pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia.[1]
Kata
komitmen berasal dari bahasa latin commitere, to connect, entrust-the state
of being obligated or emotionally, impelled adalah keyakinan yang mengikat
(aqad) Sedemiki-an kukuhnya sehingga membelenggu seluruh hati nuraninya dan
kemudian menggerakan perilaku menuju arah yang diyakininya (Tasmara, 2006 :26).[2]
Park (dalam
Ahmad dan Rajak, 2007) menjelaskan, komitmen guru merupakan ke-kuatan bathin
yang datang dari dalam hati seorang guru dan kekuatan dari luar itu sendiri
tentang tugasnya yang dapat memberi pengaruh besar terhadap sikap guru berupa
tanggung jawab dan responsive (inavotif) terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi.
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa komitmen guru professional adalah suatu
keterikatan diri terhadap tugas dan kewajiban sebagai guru yang dapat
melahirkan tanggung jawab dan sikap responsive dan inovatif terhadap
pekembangan ilmu pengetahu-an dan tekhnologi. Jadi didalam komitmen tersebut
terdapat beberapa unsur antara lain adanya kemampuan memahami diri dan
tugasnya, pancaran sikap bathin (kekuatan bathin) kekuatan dari luar dan
tanggap terhadap perubahan. Unsur-unsur inilah yang melahirkan tanggung jawab
terhadap tugas dan kewajiban yang menjadi komitmen seseorang sehingga tugas
tersebut dilakukan dengan penuh keikhlasan.
Tanggung
jawab keguruan yang lahir dari komitmen guru profesional adalah tanggung jawab
yang tidak hanya dialamatkan kepada manusia, akan tetapi juga dipertanggung
jawabkan dihadap-an Allah SWT. Jadi pertanggung jawaban terhadap profesi dalam
pandangan islam tidak hanya bersifat horizontal-formal sesama manusia, tetapi
juga bersifat vertical-moral, yakni taggung jawab terhadap Allah SWT.
B. JENIS KOMITMEN GURU PROFESIONAL
Menurut Louis (dalam Ahmad dan
Razak,2007) menjelaskan 4 jenis komitmen guru, yaitu :
a.
Komitmen Terhadap Sekolah Sebagai Satu Unit Sosial.
Sekolah adalah lembaga sosial yang
tumbuh dan berkembang dari dan untuk masyarakat. Lembaga sosial formal tersebut
merupakan suatu organisasi yaitu terikat terhadap tata aturan formal memiliki program
dan target atau sasaran yang jelas serta struktur kepemimpinan penyelenggaraan
atau pengelolaan yang resmi.
Pendidikan sekolah pada dasarnya
adalah bagian dalam pendidikan keluarga, sekaligus lanjutan pendidikan dalam
keluarga. Kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan
kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masya-rakat
(Hasbullah,2006;46) sebagai lembaga formal sekolah terdiri dari pendidik
dan anak didik yang sudah terjalin hubungan antar guru dan anak didik atau siswa-siswinya.
Guru sebagai pendidik berkewajiban
membawa anak didik ke arah kedewasaan dengan memanfaatkan pergaulan sehari-hari
dalam pendidikan merupakan cara yang paling baik dan efektif dalam pembentukan
pribadi anak didik. Cara ini akan menghilangkan jurang pemisah antara guru dan
anak didik. Dengan kata lain guru mempunyai komitmen terhadap sekolah,
bertanggungjawab terhadap sekolah dan profesinya dalam arti dengan sukarela,
menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan berusaha mewujudkan tanggung-jawab
dan peranan sekolah dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan dan pengajaran.[3]
Menurut Hasbullah (2006;47), sebagai
pendidikan yang bersifat formal, sekolah di-dalam melaksanakan fungsi
pendidikan didasari oleh asas tanggungjawab sebagai berikut :
1. Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai
dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentan yang
berlaku
2. Tanggungjawab keilmuan berdasarkan bentuk,
isi, tujuan dan tingat pendidikan yang dupercayakan kepadanya oleh masyarakat
dan bangsa.
3. Tanggungjawab fungsional yaitu tanggungjawab
professional pengelola dan pelaksana pedidikan. Tanggungjawab ini merupakan
pelimpahan tanggungjawab dan keercayaan orangtua atau masyarakat kepada sekolah
atau guru.[4]
b. Komitmen Terhadap
Kegiatan Akademik Sekolah
Guru yang mempuyai komitmen
menyiapkan banyak waktu untuk melaksaakan tugas yang berkaitan dengan
pembelajaran seperti, perancangan pengaaran, pengelola-an pengajara dan
senantiasa berfikir tentang cara untuk meningkatkan keaktifan prestasi belajar
siswa-siswi.[5] Tugas
guru terkait dengan komitmen terhadap kegiatan akademik sekolah antara lain :
1. Guru sebagai perancang pembelajaran, meliputi
kegiatan :
a. Membuat dan merumuskan pembelajaran
b.
Menyaiapkan materi yang relevan dan dengan tujuan waktu, faslitas,
perkembang-an imu, kebutuhan dan kemmpuan siswa siswi.
c. Merancang metode yang seusia dengan situasi
dan kondisi dsiswa-siswi.
d. Menyediakan sumber belajar, dalam hal ini
guru berperan sebagai fasilitato dalam pengajaran.
e. Media, dalam hal ini guru berperan sbagai
mediator dengan memperhatikan relevansi, efektifitas dan efisiensi, kesesuaian
dengan motode serta pertimbangan praktis.
2. Guru sebagai pengelola
pembelajaran
Tujuan umum pengelolaan elas
adalah menydiakan dan menggunakan fasilitas dalam kegiatan belajar megajar,
sedangka tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa siswi dalam
menggunaan alat-alat belajar, menediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan
siswa-siswi bekerja dan belajar, setra membantu siswa-siswi memperoleh hasil
yang diharapkan. Selain itu guru juga membimbing pengalam-an sehari-hari anak
didik kearah pengenalan tingkahlaku dan kepriadiannya sendiri.
3. Guru
sebagai pengarah pembelajaran
Guru hendaknya berusaha menimbulkan,
memelihara, dan meningkatkan motivasi peserta didik untk belajar. Dalam
hubungan ini guru mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan
belajar mengajar. Empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan
motovasi adalah :
a. Membangkitkan dorongan siswa-siswi untuk
belajar
b. Menjelaskan secara kongkrit apa ang dapat
dilakukan pada akhir pengajaran.
c. Memberikan gambaran terhadap prestasi yang dicapai
hingga dapat merangsang pecapaian prestasi yang lebih baik.
d. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
4. Guru sebagai pelaksana
kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat
pengalaman belajar yang akan didapat oleh peserta didik selama dia mengikuti
proses pendidikan. Keberhasilan dari suatu kurikulum tergantung pada factor
kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru, artinya guru adalah orang yang
bertanggunjawab dalam upaya mewujudkan segala sesuatu yang ada dalam kuriulum resmi.
Jadi guru yang professional harus
memiliki tanggungjawab dan komitmen untuk mengembangkan kurikulum dalam arti
menganggap bahwa kurikulum sebagai program pembelejaran yang diberikan pada
peserta didik. Dengan demikian apa yan terdapat dalam kurikulum dapat
dijabarkan oleh guru menjadi materi yang menarik untuk disajikan kepada peserta
didik selama proses pembelajarn berlangsung.
5. Guru sebagai evaluator
Tujuan utama penialan adalah unytuk
melihat tingkat keberhasilan efktifitas dan efisiensi dalam proses pebelajaran.
Di sampng tiu penilaian juga bertujuan untuk mengetahui kedudukan peserta didik
didalam kelas atau kelompknya. Dalam menjalankan fungsinya sebagai penilai
hasil belajar peserta didik, guru hendaknya secara terus menerus mengikuti hasil
belajar yang telah dicapai peserta didik dari waktu ke waktu. Infrmasi yang
diperoleh dari evaluasi ini akan menjadi umpan balik terhadap proses
pembelajaran. Umpan balik yang diperoleh lewat penialaian akan dijadikan titik
tolak ntuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Dengan
demikian proses pembelajaran akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh
hasil yang optimal. (Uno, 2008; 2004)[6]
d. Komitmen Terhadap Siswa-Siswi Sebagai Individu Yang Unik
Berikut ini adalah pendapat Gardner
(1995) mengenai perbedaan yang prinsip dari siswa-siswi yang harus diketahui
oleh guru sebagai landasan membangun komitmen kesadaran bahwa pelajar adalah
individu yang unik.
1.
Perbedaan
dalam latar belakang rumah
Rumah yang kaya
dan rumah yang miskin, rumah tempat anak hidup berbahagia dan rumah tempat anak
tidak hidup berbahagia, rumah tempat banyak yang dikerjakan dan dilihat,
dan rumah tempat yang sedikit hal-hal yang menstimulasi anak, bahasa yang
berbeda-beda yang dipergunakan di rumah-rumah, Pekerjaan yang dikerjakan para
orang tua, para anggota keluarga atau para tetangga, dan lingkungan sekitar
sekolah
2.
Perbeadaan
dalam kesehatan dan nutrisi
Tinggi dan berat anak, energy anak dan
kesiagaan umum, sering dikaitkan dengan makanan yang mereka makan, catatan
tentang penyakit anak berapa sering anak tidak masuk sekolah, kesehatan
nasional anak, apak ank bahagia dan dapat bergaul dengan yang lain-lain/apak
anak menunjukan tanda-tanda “bahaya” ketidak bahagian (kurang minat, terlalu
diam dan terlalu agresif), dan pengheliatan dan pendengaran anak.
3.
Perbedaan
dalam kemampuan anak di sekolah
Perkembangan
pengetahuan dan keterampilan anak, khususnya dalam mata-mata pelajaran dasar,
seperti bahasa dan matematika. perkembangan pemahaman anak, khususnya kemampuan
mereka untuk memahami ide-ide abstrak, perkembangan minat anak pada
subject-subject estetis seperti seni dan music, perkembangn anak pada mata-mata
pelajaran yang menuntut kondisi fisik, seperti permainan, keterampilan dan
kerajinan, dan perkembangan tanggung jawab anak dan pengertiannya tentang cara
berperilaku.
4.
Perbedaan
dalam minat
Anak-anak
memiliki perbedaan minat baik didalam maupun diluar sekolah. Dengan mengetahui
minat anak-anak, guru dapat belajar bagaimana menyajikan pelajaran, sehingga
dapat ebih diminati dan bermakna bagi anak. Dengan cara ini anak-anak lebih
cenderung mengarahkan perhatiannya dan upayanya pada pekerjaannya[7].
d. Komitmen Untuk Menciptakan Pengajaran Bermutu
Seorang guru senantiasa merespons
perubahan-perubahan pengetahuan baru dan terkini terutama ide-ide baru tersebut
dalam implementasi kurikulum dikelas, sehingga pembelajaran bermutu.
Mutu pembelajaran atau mutu
pendidikan akan dapat dicapai jika guru memenuhi kebutuhan siswa-siswi dan yang
harus dipersiapkan oleh guru. Kemampuan guru mencipta kan pembelajaran yang
aktif dan menyenangkan adalah upaya posistif untuk meningkat-kan mutu
pembelajaran. Keterampilan itu ditambah lagi dengan upaya maksimal guru dengan
menerapkan 8 ketermpilan dasar mengajar. Keterampilan membuka dan menutup
ppelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan member penguatan, keterampilan
menjelaskan, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengadakan variasi,
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dan keterampilan mengajar kelompok
kecil.
Mengajar adalah upaya yang dilakukan
guru untuk menciptakan suasana yang kondusif agar terjadi proses pembelajaran
yang efektif. Menjadikan proses pembelajaran yang efekti artinya harus mampu
melibatkan peserta didik, baik keterlibatan emosional, pikiran dan fisik.
Keterlibatan emosinal menjadikan siswa-siswi merasakan pentingnya materi yang
dipelajari, sehingga benar-benar menjadi sebuah kebutuhan. Melibatkan pikiran,
siswa-siswi dapat digerakan dan dibangkitkan motivasinya agar melibatkan pikiran
untuk mempelajari konsep maupun prinsip dalam ilmpu pengetahuan yang
dipelajari, dan keterlibatan fisik adalh untuk mengasah keterampilan dan
mengembangkan bakat.
Untuk memenuhi hal tersebut guru
dituntut mengelola proses belajar-mengajar yang memberikan rangsangan kepada
siswa-siswi sehingga dia mampu belajar. Dengan demikian keinginan untuk
mencapai 3 ranah pembelajaran, yakni kognitif, afekti dan psikomotorik dapat
dicapai.
Upaya dalam menciptakan pembelajaran
aktif dan menyenangkan pada dasrnya dapat dilakukan melalui penerapan
keterampilan dasar mengajar tersebut dengan konsisten, apalagi jika guru mampu
menciptakan improvisasi dan pengembangan setiap keterampilan dasar mengajar.[8]
C. KARAKTERISTIK KOMITMEN GURU PROFESIONAL
Glickman (dalam Burhanudin, dkk,
1995 : 124) menggambarkan ciri-ciri komitmen guru profesional, antara lain :
a. Tingginya perhatian terhadap siswa-siswi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru
terkait dengan perhatiannya kepada siswa dan siswinya, antara lain sebagai
berikut :
1. Memberikan bimbingan.
Salah satu tugas guru adalah
membimbing siswa-siswi. Membimbing berarti mengarahkan siswa-siswi yang
mempunyai kemampuan kurang, sedang dan tinggi. Disini arti bimbingan yang
sebenarnya bagi guru. Guru harus memahami masing-masing siswa-siswinya dari
kondisi fisik dan psikisnya agar mampu melaksanakan pembelajaran dengan
sebaik-baiknya.
Dalam proses bimbingan, guru menyatu
dalam jiwa siswa-siswinya tidak boleh egois atau memaksakan kehendak dengan tujuan
agar pengajaran cepat sesuai dengan target waktu. Akan tetapi guru dituntut
untuk mengahrgai kemampuan siswa siswinya dengan tidak melupakan batasan waktu.
2. Mengadakan komunikasi yang intensif untuk memperoleh
infomasi tentang anak didik
Komunikasi dalam segala hal sangat
dibutuhkan, apalagi berkaitan dengan aktifitas sebagi guru. Guru yang bijaksana
adalah guru yang peduli terhadap keadaan siswa-siswinya. Perbedaan-perbedaan
yang terdapat pada peserta didik hendaknya dijadikan landasan dalam memberikan
pengajaran. Oleh karenanya, guru harus selalu menjalin komunikasi intensif
dengan orang tua dan masyarakat terkait dengan keadaan keluar-ga, lingkungan
dan pergaulan peserta didiknya. Disinilah peran guru sebagai penggan-ti orang
tua didalam menyiapkan siswa-siswinya menjadi anggota masyarakat.
b. Banyaknya waktu dan tenaga yang dikeluarkan
Tugas guru merupakan tugas yang
kompleks mulai dari mendidik, mengajar, melatih, membimbing dan sebagainya.
Oleh karenanya guru harus memiliki banyak waktu dan tenaga untuk menunaikan
kewajibannya yaitu sebagai berikut :
1. Guru tidak hanya pendidik didalam kelas,
tetapi juga disela-sela waktu di luar jam mengajar.
2. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan
masyarakat
c. Bekerja
sebanyak-banyaknya untuk orang lain
Pekerjaan menjadi guru adalah
pekerjaan dibidang jasa. Terkait dengan tugas tersebut, para guru dibebankan
dengan tugas-tugas sebagai berikut :
1.
Guru
memiliki tugas professional
Guru
merupakan profesi (jabatan atau pekerjaan) yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang
diluar bidang kependidikan meskipun kenyataannya masih banyak dilakukan orang
diluar kependidikan.
2.
Guru
memiliki tugas kemanusiaan
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan disekolah
harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mapu menarik
simpati sehingga ia menjai idola para siswa-siswinya.
3.
Guru
memiliki tugas kemasyarakatan
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang
lebih terhormat dilingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyara-kat
dapat memperoleh ilmu pengetahuan.[9]
D. SIKAP GURU
PROFESIONAL
Guru yang memiliki komitmen terhadap
tugas setidaknya dari dalam dirinya terpancar beberapa sikap :
- Tugas sebagai guru merupakan pancaran sikap bathin
Melaksanakan tugas sebagai guru
hendaknya merupakan panggilan jiwa yang lahir dari ketulusan hati untuk
menjalankan tugas tersebut dengan sungguh-sungguh tanpa paksa dan dipaksakan.
- Siap sedia dimanapun
Dengan modal kompetensi sosial yang dimiliki
oleh para guru, tempat tugas dimana pun tidaklah menjadi penghalang untuk
menunaikan kewajibannya sebagai pendidik. Dengan kompetensi tersebut seorang
guru mampu beradaptasi dimanapun dan dengan siapapun.
- Tanggap terhadap perubahan
Guru yang profesional adalah yang terus
menerus membudayakan diri dengan memiliki cukup waktu luang untuk mempertajam
daya intelektualnya. Dengan demikian segala bentuk perubahan yang terjadi
ditengah masyarakat terutama yang berkaitan dengan pengetahuan harus mendapat
perhatian.[10]
E. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KOMITMEN GURU PROFESIONAL
Komitmen organisasi memiliki tiga
aspek utama, yaitu : identifikasi, keterlibatan dan loyalitas pegawai terhadap
organisasi atau organisasinya :
a. Identifikasi
Identifikasi yang mewujud dalam
bentuk kepercayaan pegawai terhadap organi-sasi, dapat dilakukan dengan
memodifikasi tujuan organisasi, sehingga mencakup bebe-rapa tujuan pribadi para
pegawai ataupun dengan kata lain organisasi memasukkan pula kebutuhan dan
keinginan pegawai dalam tujuan organisasinya. Hal ini akan membuahkan suasana
saling mendukung diantara para pegawai dengan organisasi. Lebih lanjut,
suasa-na tersebut akan membawa pegawai dengan rela menyumbangkan sesuatu bagi
ter-capainya tujuan organisasi, karena pegawai menerima tujuan organisasi yang
dipercayai telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi mereka pula (Pareek,
1994 : 113).
b. Keterlibatan
Keterlibatan atau partisipasi
pegawai dalam aktivitas-aktivitas kerja penting untuk diperhatikan karena
adanya keterlibatan pegawai menyebabkab mereka akan mau dan senang bekerja sama
baik dengan pimpinan ataupun dengan sesama teman kerja. Salah satu cara yang
dapat dipakai untuk memancing keterlibatan pegawai adalah dengan memancing
partisipasi mereka dalam berbagai kesempatan pembuatan keputusan, yang dapat
menumbuhkan keyakinan pada pegawai bahwa apa yang telah diputuskan adalah
merupakan keputusan bersama. Disamping itu, dengan melakukan hal tersebut maka
pegawai merasakan bahwa mereka diterima sebagai bagian yang utuh dari
organisasi, dan konsekuensi lebih lanjut, mereka merasa wajib untuk
melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan karena adanya rasa keterikatan
dengan apa yang mereka ciptakan (Sutarto, 1989 :79).
Hasil riset menunjukkan bahwa
tingkat kehadiran mereka yang memiliki rasa keterlibatan tinggi umumnya tinggi
pula (Steer, 1985). Mereka hanya absen jika mereka sakit hingga benar-benar tidak
dapat masuk kerja. Jadi, tingkat kemangkiran yang disengaja pada individu
tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pegawai yang keterlibatannya lebih
rendah.
Ahli lain, Beynon (dalam
Marchington, 1986 : 61) mengatakan bahwa partisipasi akan meningkat apabila
mereka menghadapi suatu situasi yang penting untuk mereka diskusikan bersama,
dan salah satu situasi yang perlu didiskusikan bersama tersebut adalah
kebutuhan serta kepentingan pribadi yang ingin dicapai oleh pegawai dalam
organisasi. Apabila kebutuhan tersebut dapat terpenuhi hingga pegawai
memperoleh kepuasan kerja, maka pegawaipun akan menyadari pentingnya memiliki
kesediaan untuk menyumbangkan usaha dan kontribusi bagi kepentingan organisasi.
Sebab hanya dengan pencapaian kepentingan organisasilah, kepentingan merekapun
akan lebih terpuaskan.
c. Loyalitas
Loyalitas pegawai terhadap
organisasi memiliki makna kesediaan seseorang untuk melanggengkan hubungannya
dengan organisasi, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa
mengharapkan apapun (Wignyo-soebroto, 1987). Kesediaan pegawai untuk
mempertahankan diri bekerja dalam organisasi adalah hal yang penting dalam
menunjang komitmen pegawai terhadap organisasi dimana mereka bekerja. Hal ini
dapat diupayakan bila pegawai merasakan
adanya keamanan dan kepuasan di dalam organisasi tempat ia bergabung untuk
bekerja.[11]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan membaca uraian di atas, maka
terlihat bahwa komitmen individu terhadap organisasi bukanlah merupakan suatu
hal yang terjadi secara sepihak. Dalam hal ini organisasi dan pegawai
(individu) harus secara bersama-sama menciptakan kondisi yang kondusif untuk
mencapai komitmen yang dimaksud. Sebagai contoh: seorang pegawai yang semula
kurang memiliki komitmen, namun setelah bekerja ternyata selain ia mendapat
imbalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku ternyata didapati adanya hal-hal
yang menarik dan memberinya kepuasan.
Hal itu tentu akan memupuk
berkembangnya komitmen individu tersebut terhadap organisasi. Apalagi jika
tersedia faktor-faktor yang dapat memberikan kesejahteraan hidup atau jaminan
keamanan, misalnya ada koperasi, ada fasilitas transportasi, ada fasilitas yang
mendukung kegiatan kerja maka dapat dipastikan ia dapat bekerja dengan penuh
semangat, lebih produktif, dan efisien dalam menjalankan tugasnya. Sebaliknya
jika iklim organisasi kerja dalam organisasi tersebut kurang menunjang, misalnya
fasilitas kurang, hubungan kerja kurang harmonis, jaminan sosial dan keamanan
kurang, maka secara otomatis komitment individu terhadap organisasi menjadi
makin luntur atau bahkan mungkin ia cenderung menjelek-jelekkan tempat
kerjanya. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan berbagai gejolak seperti
korupsi, mogok kerja, unjuk rasa, pengunduran diri, terlibat tindakan kriminal
dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu bakar, Yunus.2009. Profesi keguruan. yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rosyadi,
Khoiron.2004. Pendidikan Profetik.
yogyakarta : Pustaka Pelajar
UU RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Bandung : citra Umbara.
Werkanis dan
marlius hamidi.2003. Strategi mengajar.
Riau: Dinas Pendidikan Provinsi Riau
Yamin,Martinus .
Maisah.2010. Standarisasi Kinerja Guru.
Jakarta : Gaung Persada.
http//ahmad-subardja//komitmen-guru-profesional//doc
http//blog-spot-djanuari.risadi/komitmen-guru-profesional//html
[1] UU RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Bandung : citra
Umbara.2005 Hlm 7
[2] Yunus Abu bakar. Profesi kguruan, 2009. Hlm 9
[3] Ibid . hlm 10
[5] Werkanis dan marlius hamidi. Strategi
mengajar. Riau: Dinas Pendidikan Provinsi Riau.
[6] http//blog-spot-djanuari.risadi/komitmen-guru-profesional//html
[7] Khoiron Rosyadi. Pendidikan
Profetik yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hlm. 188
[8] Yunus Abu bakar. Profesi kguruan, 2009. Hlm 14
[9] Ibid. Hlm. 181
[10] Martinis yamin. Maisah. Standarisasi
Kinerja Guru. Jakarta : Gaung Persada. Hlm. 28
[11] http//ahmad-subardja//komitmen-guru-profesional//doc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar