ORGANISASI DAN MANAJEMEN
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2011
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR
ISI........................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar
Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah..................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN.................................................................................... 2
A. Pengertian
Administrasi Kurikulum......................................................... 2
B. Tujuan
Administrasi Kurikulum............................................................... 3
C. Konsep
Dasar Administrasi Kurikulum.................................................... 5
D. Prinsip
Adminisrtasi Kurikulum............................................................... 6
E. Ruang
Limgkup Administrasi Kurikulum................................................ 7
F. Masalah-masalah
Dalam Kurikulum......................................................... 8
BAB
III PENUTUP............................................................................................. 9
A. Kesimpulan............................................................................................... 9
B. Saran......................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Adapun
yang melatar belakangi dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mandiri yang diajukan untuk tugas akhir mata kuliah Organisasi dan Manajemen.
Selain daripada itu, hal-hal yang melatar belakangi penulis dalam memilih judul
“Komunikasi Dalam Organisasi” adalah karena Manusia didalam kehidupan harus
berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau
masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakikat bahwa
sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan
sesama dalam kelopok dan masyarakat. Di dalam kelompok atau organisasi itu
selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk
kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pimpinan dan bawahan/karyawan.
Sehingga diperlukan komunikasi yang baik diantaranya untuk mencapai tujuan yang
telah dirumuskan.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dari penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa yang dikatakan dengan komunikasi
dalam organisasi ?
2.
Apa fungsi komunikasi dalam organisasi ?
3.
BAB II
PEMBAHASAN
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
A. Komunikasi Dalam Organisasi
Sebelum kita membahas pengertian
komunikasi organisasi, sebaiknya kita uraikan terminologi yang melekat pada
konteks komunikasi organisasi, yaitu Komunikasai dan organisasi. Komunikasi
berasal dari bahasa latin yaitu “communis”
atau “common” dalam bahasa inggris yang
berarti sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mecapai kesamaan makna
“commonness”. Atau dengan ungkapan kata lain, melalui komunikasi
kita mencoba berbagai informasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan
lainnya. Komunikasi adalah suatu tingkah
laku, perbuatan atau kegiatan penyanpian dan pengoperan lambing-lambang yang
mengandung arti atau makna. Atau perbuatan penyampaian suatu gagasan atau
informasi dari seseorang kepad orang lain.
Manusia didalam kehidupan harus
berkomunikasi, artinya memerlikan orang lain dan membutuhkan kelompok atau
masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakikat bahwa
sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi social dengan
sesama dalam kelopok dan masyarakat. Di dalam kelompok atau organisasi itu
selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk
kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pimpinan dan bawahan/karyawan.
Diantara kedua belah pihak harus ada two
way communication atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik.
Untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai
cita-cita, baik cita-cita pribadi maupun cita-cita kelompok, untuk mencapai
tujuan suatu organisasi.
Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan
dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan,
maupun organisari perusahaan, maka sasaran yang dituju pun akan beraneka
raagan, akan tetapi tujuan utamanya tentulah untuk mempersatukan
individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut. Berdasarkan sifat
komunikasi dan junlah komunikasi menurut Onong Uchyana Effendi, dalam bukunya
“Dimensi-dimensi Komunikasi” hlm 50, komunikasi dapat digolongkan kedalam tiga
kategori :
1. Komunikasi
antar pribadi
Komunikasi
ini penerapannya antara pribadi/individu dalam
usaha menyampaikan informasi yang dimaksudkan untuk mencapai kesamaan
pengertian, sehingga dengan demikian dapat tercapai keinginan bersama.
2. Komunikasi
kelompok
Pada
prinsipnya dalam melakukan suatu komunikasi yang ditekankan adalah factor
kelompok, sehingga komunikasi menjadi lebih luas.
3. Komunikasi
massa
Komunikasi
massa dilakukan dengan melalui alat, yaitu media massa yang meliputi cetak dan
elektronik.
Dalam melakukan kominikasi organisasi, steward L.
Tubbs dan Sylvia Moss dalam human
communication menguraikan adanya 3 (tiga) model dalam komunikasi :
1.
Model komunikasi linier (one way
communication), dalam model ini komunikator memberikan suatu stimuli dan
komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi dan
interprestasi, komunikasinya bersifat monolog.
2.
Model komunikasi interaksional. Sebagai
kelanjutan dari model pertama, pada tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan
balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ad dialognya, dimana
setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada suatu bertindak sebagai
komunikato, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan.
3.
Model komunikasi transaksional, dalam model ini komunikasi hanya dapat
dipahami dalam konteks hubungan
(relationship)antara dua orang atau lebih. Pandangan ini mengatakan bahwa semua
prilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan.
Mengenai
organisasi, salah satu definisi menyebutkan bahwa “Organisasi merupakan suatu kunpulan atau sistem individual yang melalui
suatu hirarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujua yang
ddditetapkan”. Dari batasan tersebut dapat digambarkan bahwa dalam suatu
organisasi masyarakat :
1.
Adanya suatu jenjang jabatan ataupun
kedudukan yang memungkinkan semua individu dalam organisasi tersebut memiliki
pebedaan posisi yang jelas, seperti pimpinan dan karyawan.
2.
Adanya pembagian kerja, dalama arti
setiap orang dalam sebuah institusi baik
yang komersil maupun social, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab nya.
Dengan landasan konsep-konsep
komunikasi dan organisasi sebagaimana yang telah diuraikan, maka kita dapat
memberi batasan tentang komunikasi secara sederhana, yaitu komunikaasi antar
manusia human comumunication) yyang terjadi dalam konteks organisasi. Atau
dengan mengutip definisi dari Goldhaber, komunikasi organisasi dineri batasan
sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergabung
satu sam lain (the flow of messages within a network of independent
relationships).
B. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Dalam suatu organisasi baik
yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi atau
lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi
informatif
Organisasi dapat dipandang
sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system).
Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh
informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat
memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara
lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai
perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi
ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.
Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan,
jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan
dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada
semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif
ini, yaitu:
- Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada:
- Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah.
- Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi.
- Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi.
- Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.
- Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi
Persuasif
Dalam mengatur suatu
organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai
dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang
lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab
pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan
kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan
kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha
menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan
pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti
penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan
kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan
antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun
kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan
keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap
organisasi.
C. Gaya dan Proses Komunikasi dalam
Organisasi
Gaya komunikasi atau
communication style akan memberikan pengetahuan kepada kita tentang bagaimana
perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan tindak
berbagi informasi dan gagasan. Sementara pada pengaruh kekuasaan dalam
organisasi, kita akan mengkaji jenis-jenis kekuasaan yang digunakan oleh
orang-orang dalam tataran manajemen sewaktu mereka mencoba mempengaruhi
kemampuan berkomunikasi dalam organsasi, kita akan diajak untuk memikirkan
bagaimana mendefinisikan tujuan kita sehubungan dengan tugas dalam organisasi,
bagaimana kita memilih orang yang tepat untuk diajak kerjasama dan bagaimana
kita memilih saluran yang efektif untuk melaksanakan tugas tersebut.
a. Gaya Komunikasi.
Gaya komunikasi (communication
style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang
terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized
set of intexpersonal behaviors that are used in a given situation).
Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang
dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang
tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan,
bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima
(receiver).
Gaya Komunikasi yang akan kita
pelajari adalah sbb:
1. The Controlling style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya
satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku,
pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya
komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way
communications. Pihak-pihak yang memakai controlling style of
communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan
dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan
perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan
dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut
digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah
tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru
berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi
pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha
‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan
kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of
communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya
bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk
kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini,
tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons
atau tanggapan yang negatif pula.
2. The Equalitarian style
Aspek penting gaya komunikasi
ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of
communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal
secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of
communication). Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan
secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan
gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal.
Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai
kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan
gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki
sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan
orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan
kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak
komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan
kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu
permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya
tindakan share/berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
3. The Structuring style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal
secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan,
penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan
(sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain
dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan
dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut. Stogdill dan Coons dari The
Bureau of Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi
dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau
Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa
pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu
merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi,
kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4. The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena
pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi
pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication
ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para
wiraniaga (salesmen atau saleswomen). Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif
ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan
lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan
dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan
persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk
mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5. The Relinguishing style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran,
pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah,
meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan
mengontrol orang lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif
ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang
berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung
jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6. The Withdrawal style
Akibat yang muncul jika gaya
ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan
dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain,
karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh
orang-orang tersebut. Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika
seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”.
Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab,
tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi
dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam
konteks komunikasi organisasi.
b.
Proses Komunikasi
Pada tataran teoritis, paling tidak kita mengenal atau memahami
komunikasi dari dua perspektif, yaitu:
- Perspektif Kognitif. Komunikasi menurut Colin Cherry, yang mewakili perspektif kognitif adalah penggunaan lambang-lambang (symbols) untuk mencapai kesamaan makna atau berbagi informasi tentang satu objek atau kejadian. Informasi adalah sesuatu (fakta, opini, gagasan) dari satu partisipan kepada partisipan lain melalui penggunaan kata-kata atau lambang lainnya. Jika pesan yang disampaikan diterima secara akurat, receiver akan memiliki informasi yang sama seperti yang dimiliki sender, oleh karena itu tindak komunikasi telah terjadi.
- Perspektif Perilaku. Menurut BF. Skinner dari perspektif perilaku memandang komunikasi sebagai perilaku verbal atau simbolik di mana sender berusaha mendapatkan satu efek yang dikehendakinya pada receiver. Masih dalam perspektif perilaku, FEX Dance menegaskan bahwa komunikasi adalah adanya satu respons melalui lambang-lambang verbal di mana simbol verbal tersebut bertindak sebagai stimuli untuk memperoleh respons. Kedua pengertian komunikasi yang disebut terakhir, mengacu pada hubungan stimulus respons antara sender dan receiver.
Setelah kita
memahami pengertian komunikasi dari dua perspektif yang berbeda, kita mencoba
melihat proses komunikasi dalam suatu organisasi. Menurut Jerry W.
Koehler dan kawan-kawan, bagi suatu organisasi, perspektif perilaku dipandang
lebih praktis karena komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mempengaruhi
penerima (receiver). Satu respons khusus diharapkan oleh pengirim pesan
(sender) dari setiap pesan yang disampaikannya. Ketika satu pesan
mempunyai efek yang dikehendaki, bukan suatu persoalan apakah informasi yang
disampaikan tersebut merupakan tindak berbagi informasi atau tidak.
Sekarang kita
mencoba memahami proses komunikasi antarmanusia yang disajikan dalam suatu
model berikut. Proses komunikasi diawali oleh sumber (source) baik
individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau
kelompok lain, sebagai berikut:
- Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan. Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan.
- Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kaya, tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan atau message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan gagasannya dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan ataupun perilaku nonverbal seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar.
- Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi (encode). Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara, menulis, menggambar ataupun melalui suatu tindakan tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan. Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio dan telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi setiap materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi kata-kata tertulis seperti: televisi, kaset, video atau OHP (overheadprojector). Sumber berusaha untuk mebebaskan saluran komunikasi dari gangguan ataupun hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki.
- Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan. Jika pesan itu bersifat lisan, maka penerima perlu menjadi seorang pendengar yang baik, karena jika penerima tidak mendengar, pesan tersebut akan hilang. Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu memberikan penafsiran interpretasi terhadap pesan yang disampaikan kepadanya. Pemahaman (understanding) merupakan kunci untuk melakukan decoding dan hanya terjadi dalam pikiran penerima. Akhirnya penerimalah yang akan menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan bagaimana pula memberikan respons terhadap pesan tersebut.
- Proses terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan balik yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikannya kepada penerima. Respons atau umpan balik dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa mengabaikan pesan tersebut ataupun menyimpannya. Umpan balik inilah yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi.
D. SALURAN
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
a.
KomunikasiVertikal
Komunikasi vertikal terdiri atas komunikasi ke atas dan ke bawah sesuai rantai perintah. Komunikasi ke bawah (downward communication ) dimulai dari manajemen puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan manajemen sampai ke karyawan lini dan personalia paling bawah. Maksud utama komunikasi ke bawah adalah untuk memberi pengarahan, informasi, instruksi, nasehat/saran dan penilaian kepada bawahan serta memberikan informasi kepada para anggota organisasi tentang tujuan dan kebijaksanaan organisasi. Fungsi utama komunikasi ke atas ( upward communication ) adalah untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang apa yang terjadi pada tingkatan bawah.
Komunikasi vertikal terdiri atas komunikasi ke atas dan ke bawah sesuai rantai perintah. Komunikasi ke bawah (downward communication ) dimulai dari manajemen puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan manajemen sampai ke karyawan lini dan personalia paling bawah. Maksud utama komunikasi ke bawah adalah untuk memberi pengarahan, informasi, instruksi, nasehat/saran dan penilaian kepada bawahan serta memberikan informasi kepada para anggota organisasi tentang tujuan dan kebijaksanaan organisasi. Fungsi utama komunikasi ke atas ( upward communication ) adalah untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang apa yang terjadi pada tingkatan bawah.
b. Komunikasi
Lateral atau Horizontal
Komunikasi lateral atau horizontal
meliputi hal-hal berikut ini :
1. Komunikasi di antara para anggota dalam kelompok kerja yang sama.
2. Komunikasi yang terjadi antara dan di antara departemen- departemen pada tingkatan organisasi yang sama.
1. Komunikasi di antara para anggota dalam kelompok kerja yang sama.
2. Komunikasi yang terjadi antara dan di antara departemen- departemen pada tingkatan organisasi yang sama.
Bentuk komunikasi ini pada
dasarnya bersifat koordinatif, dan merupakan hasil dari konsep spesialisasi
organisasi. Sehingga komunikasi ini dirancang guna mempermudah koordinasi dan
penanganan masalah. Komunikasi lateral, selain membantu koordinasi
kegiatan-kegiatan lateral, juga menghindarkan prosedur pemecahan masalah yang
lambat.
c. Komunikasi
Diagonal
Komunikasi diagonal merupakan komunikasi yang memotong secara menyilang diagonal rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil hubungan – hubungan departemen lini dan staf.
Komunikasi diagonal merupakan komunikasi yang memotong secara menyilang diagonal rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil hubungan – hubungan departemen lini dan staf.
E. Hambatan
komunikasi dalam organisasi
Berikut ini
akan dibahas hambatan–hambatan terhadap komunikasi yang efektif tersebut,
dengan dikelompokan sebagai berikut :
1. Hambatan–hambatan
organisasional, dan
2. Hambatan–hambatan antar pribadi.
2. Hambatan–hambatan antar pribadi.
1. Hambatan
– hambatan Organisasional
Ada 3 hambatan organisasional, yaitu :
1. Tingkatan hirarki
2. Wewenang manajerial, dan
3. Spesialisasi.
Ada 3 hambatan organisasional, yaitu :
1. Tingkatan hirarki
2. Wewenang manajerial, dan
3. Spesialisasi.
2.
Hambatan–hambatan antar pribadi
Banyak kesalahan komunikasi disebabkan bukan oleh faktor–faktor organisasi, tetapi oleh masalah–masalah ketidak sempurnaan manusia dan bahasa. Manajer perlu memperhatikan hambatan–hambatan antar pribadi seperti berikut :
a. Presepsi selektif,
b. Status atau kedudukan komunikator,
c. Keadaan membela diri,
d. Pendengaran lemah, dan
e. Ketidak tepatan pengunaan bahasa.
Banyak kesalahan komunikasi disebabkan bukan oleh faktor–faktor organisasi, tetapi oleh masalah–masalah ketidak sempurnaan manusia dan bahasa. Manajer perlu memperhatikan hambatan–hambatan antar pribadi seperti berikut :
a. Presepsi selektif,
b. Status atau kedudukan komunikator,
c. Keadaan membela diri,
d. Pendengaran lemah, dan
e. Ketidak tepatan pengunaan bahasa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
a.
Pengertian komunikasi dalam organisasi
Komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau
kegiatan penyanpian dan pengoperan lambing-lambang yang mengandung arti atau
makna. Atau perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang
kepad orang lain
b.
Fungsi komunikasi dalam organisasi
Dalam suatu organisasi baik yang
berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi atau lembaga
tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi Informasi
2. Fungsi Regulatif
3. Fungsi persuasif
4. Fungsi integratif
c.
Gaya dan proses komunikasi dalam organisasi
Gaya komunikasi (communication style)
didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi
yang digunakan dalam suatu situasi tertentu, ada beberapa gaya komunikasi,
yaitu:
d.
Saluran komunikasi dalam organisasi
e.
Hambatan komunikasi dalam organisasi
B.
Kritik Dan Saran
Kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca yang bersifat konstruksional sangat
penulis harapkan, demi penyempurnaan penulisan makalah selanjutnya.
Referensi :
A.
Mulyana, Teori Komunikasi-modul 10, 2008
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, 1996
Onong Uchyana Effendi, Dimensi-Dimensi Komunikasi,
2001
Ronald Adler dan George Rodman, Understanding
Human Communication, 1997
Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss,
Human Communication, 1994
B.
X
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Komunikasi
dalam organisasi
2.
Fungsi
komunikasi dalam organisasi
3.
B.
Saran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar