ISLAM THAILAND
Oleh:
PARDIYANTO
1209.09.05555
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2011
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur kehadarirat Allah
SWT, yang mana telah membawa kita dari alam kegelapan hingga alam terang benderang sehingga kita
diberi kesehatan jasmani dan rohani dari Allah SWT.
Dan tidak lupa pula kita panjatkan
kepada nabi kita yaitu nabi Muhammad SAW, yang mana telah memberi kita yaitu
ilmu pengetahuan shalawat dan salam kita ucapkan kepada Rasullullah SAW dengan
atas perjuangan dialah kita dapat
merasakan dunia ini denga penuh Ilmu pengetahuan sebagai keimanan kita kepada
Allah SWT.
Didalam penulisan ini maupun tugas
ini jika terdapat kesalahan dan kekurangan mohon kiranya "Bapak / ibu
selaku dosen pembimbing agar dapat memperbaiki kedepannya, saya berharap semoga
apa yang telah saya buat tugas ini bisa menambah ilmu dan wawasan.
Dengan adanya tugas ini kami
berterima kasih kepada dosen pembimbing supaya pemakalah kami lebih meningkat lagi kedepannya.
DAFTAR ISI
Kata pengantar i
Daftar isi
....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejaraah
Islam Thailan ......................................................... 3
B. Perkembangan
Ilam Thailan................................................. 4
C. Kehidupan Islam Thailan..................................................... 6
D. Pendidikan Islam Di Thailan ............................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 12
B. Saran .................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Muslim di Thailand mempunyai sejarah tersendiri
yang bisa dibilang tragis dan berliku. Mulai dari abad ke-13 dimana Agama Islam
menapakkan kakinya di kerajaan Pattani dan kemudian menjadi mayoritas di wilayah
tersebut. Masyarakat muslim Thailand saat ini telah menjadi bagian integral
dari keseluruhan pemerintahan dan komunitas Thailand dari beberapa abad yang lalu.
Secara historis, kultur dan ekonomi, masyarakat minoritas muslim di Thailand selatan
telah mengalami peningkatan yang signifikan dari waktu ke waktu. Akan tetapi
mereka tetap berusaha menjadi bagian komunitas yang dipahami.
Hal itu berangkat dari background masyarakat
muslim sendiri, yaitu komunitas melayu Pattani yang dari awalnya berdiri sendiri dan
kemudian dikuasai oleh Siam atau Thailand. Dan saat ini, dimana modernisme merambah semua
negara dan Thailand menjadi negara demokrasi, muslim Thailand mulai dipandang
positif oleh komunitas yang lainnya. Hal ini memunculkan era baru antara muslim-pemerintah
yang memberikan ruang lebih luas bagi umat muslim Thailand merambah dunia politik
dan ekonomi. Hal ini tampak dari pertumbuhan masjid di Thailand yang berkembang
pesat; Bangkok 159 masjid, Krabi 144 masjid, Narathiwat 447 masjid, Pattani 544
masjid, Yala 308 masjid, Songkhla 204 masjid, Satun 147 masjid.1 Dan beberapa masjid di
berbagai kota di thailand. Biarpun begitu, minoritas muslim thailand masih jauh dari
kelapangan dalam hidup. Karena mereka tetap menjadi minoritas yang mendapatkan
tekanan dan diskriminasi yang tak henti henti.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang mempengaruhi masuknya Islam di Thailand
2. Bagaimana masuknya Islam di Thailand
3. Apa yang menyebabkan Islam berkembang di Thailand
4.Bagaimana pendidikan islam
thailan
BAB II
PEMBAHASAN
ISLAM
TAILAND
Thailand merupakan salah satu negara
diantara negara negara di kawasan asia tenggara. Secara geografis, kawasan asia
tenggara merupakan kawasan antara benua Australia dan daratan China, daratan
India sampai laut China. dengan begitu, thailand cukup mudah untuk dijangkau
para pelancong dari zaman ke zaman untuk mencari penghidupan maupun penyebaran
agama.
Mayoritas penduduk Thailand beragama
Budha, hanya sedikit yang beragama Islam dan Konghucu. Akan tetapi umat Islam
di Thailand merupakan minoritas yang berkembang cepat dan merupakan minoritas
terbesar setelah China, The Muslims are a significant minority group in
Thailand. They are the second largest minority next to the Chinese. Seperti halnya kaum minoritas di negara-negara yang
lain, kawasan Thailand bagian selatan yang merupakan basis masyarakat
melayu-muslim adalah daerah konflik agama dan persengketaan wilayah dengan
latar belakang ras dan agama yang berkepanjangan. Lebih lebih ketika kerajaan
melayu dihapuskan pada tahun 1902, masyarakat melayu Pattani dalam keadaan
sangat tertekan. Khususnya pada pemerintahan Pibul Songgram (1939-44), orang
Melayu telah menjadi mangsa dasar asimilasi kebudayaan.
Bahkan sampai saat inipun masyarakat muslim minoritas Pattani Thailand
menghadapi diskriminasi komplek dan teror yang berlarut-larut. Sehingga
kehidupan sosial maupun politik menjadi sangat terbatas. Hal ini senada dengan
apa yang dikatakan Nik Anuar,
“Sengketa di perbatasan negeri berlaku di merata dunia sepanjang masa. Bukan
sedikit tentera dan orang awam terkorban sebelum Bukit Golan jatuh ke tangan
Israel, India dan Pakistan berbalah hingga ke saat ini bagi mengesahkan hak ke
atas Kashmir. Demikian juga halnya dengan isu Patani, Mindanao, Aceh, Timor
Timur, Pulau Batu Putih, Pulau Layang-layang dan Spratly yang turut dituntut
oleh Malaysia. Bukit Golan yang subur, Kashmir yang indah kepada pelancong,
Spratly yang strategik bagi dan dikatakan sarat dengan petroleum di perut
buminya, tapak Masjid Babri kerana sentimen agama terdahulu – semua ini menjadi
alasan bagi sengketa, perbalahan dan perebutan.”
Konflik
berkepanjangan di Thailand selatan tak ada bedanya dengan konflik minoritas
muslim di pulau Moro Philipina dengan organisasi MILF. Keadaan tertekan seperti
ini perlu adanya atensi yang lebih dari semua umat islam dan membantu secara
materi maupun moral demi mewujudkan komunitas muslim yang berdampingan damai
dengan komunitas yang lainnya. Maka dari itu, penulis lewat artikel ini akan
membahas secara singkat dan padat tentang sejarah panjang masuknya Islam di
thailand serta keadaan sosial dan politik minoritas muslim di daerah konflik,
yaitu Thailand bagian selatan.
B. PERKEMBANGAN
ISLAM DI THAILAND
Dakwah islam senantiasa di seluruh
penjuru dunia. Islam adalah agama yang tidak mengenal batas dan sekat-sekat
nasionalisme. Pun di sebuah negeri yang mayoritas penduduknya bukanlah pemeluk
agama islam, Thailand.
Thailand dikenal sebagai negara yang
pandai menjual potensi pariwisata sekaligus sebagai salah satau negara agraris
yang cukup maju di Asia Tenggara. Mayoritas penduduk Thailand adalah bangsa
Siam, Tionghoa dan sebagian kecil bangsa Melayu. Jumlah kaum muslimih di
Thailand memang tidak lebih dari 10% dari total 65 juta penduduk, namun islam
menjadi agama mayoritas kedua setelah Budha. Penduduk muslim Thailand sebagian
besar berdomisili di bagian selatan Thailand, seperti di propinsi Pha Nga,
Songkhla, Narathiwat dan sekitarnya yang dalam sejarahnya adalah bagian dari
Daulah Islamiyyah Pattani. Kultur melayu sangat terasa di daerah selatan
Thailand, khususnya daerah teluk Andaman dan beberapa daerah yang berbatasan
langsung dengan Malaysia. Bahkan beberapa nama daerag berasal dari bahasa
Melayu, seperti Phuket yang berasal dari kata bukit dan Trang yang berasal dari
kata terang.
Islam masuk ke Thailand sejak
pertengahan abad ke-19. Proses masuknya islam di Thailand dimulai sejak
kerajaan Siam mengakuisi kerajaan Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh
penduduk muslim Thai sebagai Pattani Darussalam). Pattani berasal dari
kata Al Fattani yang berarti kebijaksanaan atau cerdik karena di tempat itulah
banyak lahir ulama dan cendekiawan muslim terkenal. Berbagai golongan
masyarakat dari tanah Jawa banyak pula yang menjadi pengajar Al Qur’an
dan kitab-kitab islam berbahasa Arab Jawi. Beberapa kitab Arab Jawi sampai saat
ini masih diajarkan di beberapa sekolah muslim dan pesantren di Thailand
Selatan.
Perkembangan islam di Thailand
semakin pesat saat beberapa pekerja muslim dari Malaysia dan Indonesia
masuk ke Thailand pada akhir abad ke-19. Saat itu mereka membantu kerajaan
Thailand membangun beberapa kanal dan system perairan di Krung Theyp
Mahanakhon (sekarang dikenal sebagai Propinsi Bangkok). Beberapa keluarga
muslim bahkan mampu menggalang dana dan mendirikan masjid sebagai saran
ibadah, sebuah masjid yang didirikan pada tahun 1949 oleh warga Indonesia
dan komunitas muslim asli Thailand. Tanah wakaf masjid ini adalah milik
Almarhum Hjai Saleh, seorang warga Indonesia yang bekerja di Bangkok.
Masjid Jawa adalah masjid lain yang
juga didirikan oleh komunitas warga muslim Indonesia di Thailand. Sesuai dengan
namanya, pendiri masjid ini adalah warga Indonesia suku Jawa yang bekerja di
Thailand. Namun demikian, anak cucu para pendiri masjid ini berbicara
dalam bahasa Thai dan Inggris saat menceritakan asal muasal berdirinya
Masjid Jawa ini. Masjid Indonesia dan Masjid Jawa hanyalah sebagian dari
lima puluhan masjid lain yang tersebar di seluruh penjuru Bangkok.
C. KEHIDUPAN MUSLIM THAILAND
Islam masuk ke
Thailand pada abad ke-10 Masehi melalui para pedagang dari Jazirah Arab.
Penduduk setempat dapat menerima ajaran Islam dengan baik tanpa paksaan.
Kawasan Thailand yang banyak dihuni umat muslim adalah wilayah bagian selatan
yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Kantong-kantong muslim di daerah
Thailand Selatan ini diantaranya adalah
propinsi Pattani, Yala, Satun, Narathiwat dan Songkhla. Di propinsi-propinsi tersebut, rata-rata dihuni oleh
sekitar 70 – 80 persen muslim. Selain
itu, umat muslim juga tersebar di beberapa wilayah lain, seperti di propinsi
Pattalung, Krabi, dan Nakorn Srithammarat.
Pattani adalah salah satu wilayah Thailand yang pernah
mengukir sejarah gemilang kejayaan Islam. Pada abad ke-15, negeri ini menjadi
sebuah negara Islam terbesar di Asia Tenggara dengan nama Kerajaan Islam
Pattani Darussalam. Orang Arab menyebutnya Al Fathoni. Pattani jatuh ke
tangan Thailand pada tahun 1785 setelah kerajaan Thailand mengirimkan intelijen
untuk mencari rahasia kelemahan Pattani. Makar Thailand sangat licik sehingga akhirnya berhasil meruntuhkan
kekuasaan Pattani. Sultan Muhammad, raja Pattani gugur sebagai syahid di medan
pertempuran.
Jumlah umat Islam
di Thailand relatif kecil , yakni
sekitar dua persen. Sumber lain menyebutkan ada sekitar sepuluh
persen dari jumlah penduduk Thailand. Namun demikian mereka terus bertahan dan
berusaha berda’wah, meski dalam serba keterbatasan. Dalam bidang ekonomi mereka
jauh tertinggal oleh para pengusaha Cina yang beragama Budha. Demikian pula dalam
bidang politik, pemerintahan Thailand yang didominasi penganut Budha sangat
meminggirkan umat Islam. Salah satu kebijakan pemerintah Thailand yang
merugikan umat Islam adalah pernah memerintahkan kepada umat Budha agar
menyebar ke daerah selatan Thailand yang dihuni oleh umat Islam untuk
mengimbangi dan menggembosi kiprah umat Islam. Dalih mereka adalah umat Islam dituduh sebagai
penyebab timbulnya berbagai masalah politik dan sosial. Suatu dalih yang
terlalu dibuat-buat dan sama sekali tidak berdasar fakta.
Budaya masyarakat muslim Thailand sangat kental dengan budaya Melayu,
karena memang rumpun Melayulah yang
paling menonjol dalam perjalanan panjang sejarah muslim Thailand sejak abad
ke-13. Selain itu, secara geografis, letak Thailand di bagian selatan
berbatasan langsung dengan negeri jiran Malaysia.
Mata pencaharian sebagian besar muslim Thailand adalah nelayan dan petani.
Laut adalah merupakan harta karun bagi mereka. Kesederhanaan dan kejujuran
mereka menjadi modal utama untuk bisa menciptakan kehidupan yang tenteram dan
bahagia.
Fenomena religius tradisional masih bisa disaksikan di sudut-sudut dusun.
Misalnya, saat kembali pulang kerja dari
laut, kebiasaan mereka adalah membaca Al
Qur’an di rumah bersama keluarga. Mereka taat beribadah. Setiap kali adzan
berkumandang, segera mereka bergegas menuju masjid. Kostum sarung dan sorban
merupakan pakaian keseharian mereka. Rumah-rumah panggung, bilik bambu adalah
wajah kesederhanaan mereka. Di sana terbangun suatu komunitas religius bagaikan
sebuah perkampungan pesantren.
Dalam bidang pendidikan, anak–anak muslim memiliki dua sekolah. Sehari-hari
mereka belajar di sekolah pemerintah sekuler Thailand dan setiap pekan mereka
belajar membaca dan memahami Al Qur’an di sekolah Islam dibimbing oleh para
orang tua.
Latar belakang sejarah wilayah selatan Thailand yang mayoritas muslim
sangat berbeda dengan wilayah utara (Siam) yang mayoritas Budha. Pattani
misalnya, negeri ini tidak merasa menjadi bagian dari Siam, karena baik secara
ideologi, budaya, maupun agama jelas tidak sama. Mereka dipaksa oleh pemerintah
untuk menyatu dalam sebuah negeri Budha tanpa mendapatkan kompensasai yang
layak, bahkan sampai dipasung kebebasannya untuk melaksanakan ajaran agama
Budha. Tentu saja, hal ini menyebabkan keinginan masyarakat muslim di wilayah
selatan untuk melepaskan diri dari pemerintahan Thailand. Sementara pemerintah
Thailand menghadapinya dengan tindak kekerasan.
Perkembangan selanjutnya, nama Pattani telah menjadi sebutan bagi seluruh
wilayah muslim di Thailand selatan, tidak lagi menjadi sebuatan sebuah propinsi
di Thailand. Pattani telah menjadi lambang perjuangan umat Islam. Di negeri
ini, berdiri sebuah mesjid yang menjadi lambang Islam, yaitu Masjid Pintu
Gerbang atau disebut juga Masjid Kerisek. Masjid ini di berada depan pintu gerbang Istana Negara dengan lebar
15,10 meter, panjang 29,60 meter dan tinggi 6,5 meter. Tentara Thailand pernah
membakar masjid bersejarah ini sebanyak tiga kali, namun hingga sekarang masih
bisa bertahan. Masjid Pintu Gerbang ini menjadi penghulu masjid-masjid lainnya
di Thailand selatan yang jumlahnya sekitar 1.395 (tahun 1987).
Pada tahun 1935 masjid Pintu Gerbang diangkat menjadi situs negara dan
dilarang untuk dijadikan sebagai tempat ibadah. Tentu saja umat Islam tidak mau
menerima keputusan pemerintah tersebut. Berbagai upaya terus dilakukan, hingga
demonstrasi besar-besaran pada tahun 1988 menuntut agar masjid lambang umat
Islam tersebut diizinkan dijadikan tempat ibadah kembali. Hasilnya, pemerintah
memutuskan bahwa masjid tersebut tetap menjadi situs negara, tetapi boleh
dijadikan sebagai tempat ibadah.
Masjid lain yang menjadi syiar Islam di Thailand adalah Masjid Shalahudin
Al Ayubi dan Masjid Kulusei. Masjid Shalahudin Al Ayubi adalah sebuah masjid
yang terletak di Nahofi. Arsitektur bangunan masjid ini memiliki kesamaan
dengan masjid Madinah dengan dihiasi
menara setinggi kira-kira 25 meter. Nama Shalahudin Al Ayubi diambil untuk
mengenang kemenangan beliau sebagai panglima Islam dalam Perang Salib pada abad
ke-12 M.
Sedangkan Masjid Kulusei adalah sebuah masjid yang menyimpan legenda.
Masjid ini hingga sekarang pembangunannya tidak rampung, disebabkan adanya
persengketaan antar keluarga dan antar suku yang cukup serius. Pada abad ke-16
M, masjid ini dibangun oleh seorang China Budha yang kemudian masuk Islam.
Sebelum masuk Islam, ia pernah bernadzar bahwa jika dirinya masuk Islam, maka
ia akan membangun sebuah masjid. Akhirnya, ia menjadi seorang muslim yang taat
dan mulai membangun masjid yang dinadzarkannya. Akan tetapi, seorang adik
perempuannya yang masih beragama Budha, sangat tidak senang melihat perubahan
pada diri kakaknya. Sang adik kemudian melakukan berbagai macam cara untuk
menggagalkan rencana kakaknya. Hingga kemudian perseteruan adik-kakak tersebut
berkembang menjadi perseteruan suku. Orang-orang China Budha di daerah tersebut
terkena makar, sehingga merusak dan menghancurkan masjid tersebut. Hingga kini
masjid Kulusei tinggal dinding-dinding rapuh tanpa atap.
Persengketaan antara penduduk muslim dan pemerintahan Thailand itu terus
memanas hingga dekade 70-an. Pembunuhan dan berbagai tindak kekerasan lainnya
sering dialami oleh para aktivis Islam. Hal ini menimbulkan munculnya berbagai
organisasi yang berhaluan keras menuntut kemerdekaan Pattani, seperti
Pattani United Liberation Organization (PULO),
Barisan Nasional Pembebasan Pattani (BNPP), dan Barisan Revolusi Nasional
(BNP).
Akhir-akhir ini, situasi pertentangan Muslim dan pemerintah Budha Thailand mulai mereda. Pemerintah telah
melakukan beberapa perubahan sikap terhadap umat Islam dari selalu curiga dan
menekan, menjadi lebih terbuka, bersamaan dengan perubahan iklim demokratisasi
Thailand. Tindakan-tindakan kekerasan telah berkurang dan bahkan umat Islam
telah diikutsertakan dalam pemilu dan juga menempatkan wakilnya secara
proporsional di parlemen.
Namun, pertentangan masih tetap ada, karena selalu saja ada perbedaan cara
pandang antara kedua pihak. Organisasi-organisasi Islam masih tetap ada.
Sayangnya, di antara mereka terdapat pengelompokan yang menyebabkan
terhambatnya perjuangan Islam di Thailand. Kelompok modernis memiliki cara
perjuangan yang berbeda dengan kalangan tradisional. Demikian pula kelompok
yang berada di antara keduanya.
Memang jalan perjuangan yang terbentang selalu ditaburi oleh
“duri-duri”. Thailand Selatan adalah
salah satu sudut dunia Islam yang mencoba mengembalikan kejayaan Islam di masa
lalu dengan menghalau segala “duri-duri” yang menghadang.
D.
ENDIDIKAN ISLAM THAILAN
Rombongan Pelajar/Mahasiswa dari Thailand yang
pertama datang ke Indonesia ialah pada awal th 1967, mereka memilih
kota Bandung sebagai tempat kuliahnydibeberapa perguruan tinggi seperti IKIP,
UNPAD dan rombongan terakhir ada pula yang masuk ke ITB.
Mereka semuanya dari Thailand Selatan, seperti Narathiwat dan Pathani
yang penduduknya mayoritas beragama Islam. Rombongan pertama ada
empat/lima orang mudah bergaul dengan siapapun, dari mereka
pula tahu bahwa tulisan Arab gundul (Pagon) yang zaman dulu dipakai
sebagai tulisan dalam bahasa Jawa, Sunda ataupun bahasa Indonesia, mereka
sebut tulisan Jawi, aneh bukan? Tapi mungkin yang
memperkenalkan tulisan Arab gundul ke Thailand Selatan atau Malaysia dulunya
orang Jawa, karena Malaysia-pun menyebutnya sama yaitu tulisan
Jawi. Pada zaman penjajahan Belanda banyak bangsa Indonesia terutama dari
Jawa yang melarikan diri ke Thailand dan Malaysia ataupun Singapore Tapi dalam sejarah Wali Songo,
pernah pula disebutkan bahwa salah satu Wali-nya mempunyai
kekerabatan dengan Negeri Cempa dan Kamboja (yang saat itu
keduanya sudah Islam), tapi negeri Cempa hancur
diserang oleh Raja Koci. Kemungkinan besar sejak
zaman tsb memang tulisan Arab gundul sudah dipergunakan di daerah
Cempa, Kamboja, Thailand dan Malaysia, yang mereka sebut tulisan Jawi.
salah satu pesantren di Thailand, yaitu Ban Tan kemajuan yang tanpa
harus mengorbankan kesederhanaan yang sudah mendarah daging dilingkungan
pesantren. Karena dahulu-pun banyak pemimpin Indonesia yang
berasal dari latar belakang pendidikan pesantren.
Sekitar 1,000 anak-anak menghampar di lapang rumput depan pondok. Lautan
kerudung dan peci putih, melafalkan shalawat, khusuk dan menggema.Suasana
pondok Pesantren Ban Tan. Pondok kecil ini dibangun di pedalaman Thailand
Selatan.
Dibangun awal
1900, dengan beberapa orang murid. Niatnya sederhana, menjaga aqidah umat Islam
yg tersebar di kampung2 yang mayoritas penduduknya beragama Budha. Pondok Ban
Tan seakan goyah. Tak terbayangkan bagi mereka, dari perkampungan Muslim
yang kecil, jauh dari keramaian, dan di pedalaman Thailand di tahun
1960an. Umumnya santri-santri cerdas dikirim melanjutkan sekolah ke Jawa
atau Kedah atau Kelantan; jika ada dana mereka akan dikirim ke Makkah
atau Mesir. Tapi Amerika ?!?; tidak pernah terlintas di benak
mereka akan mengirim santri belajar ke Amerika Saat itu para guru
di pondok terpeca pandangannya: separoh takut anak ini akan berubah
bila dikirim ke negeri kufar (istilah yang digunakan dalam perdebatan itu
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Thailand merupakan salah satu negara
diantara negara negara di kawasan asia tenggara. Secara geografis, kawasan asia
tenggara merupakan kawasan antara benua Australia dan daratan China, daratan
India sampai laut China. dengan begitu, thailand cukup mudah untuk dijangkau
para pelancong dari zaman ke zaman untuk mencari penghidupan maupun penyebaran
agama.
Mayoritas penduduk Thailand beragama
Budha, hanya sedikit yang beragama Islam dan Konghucu. Akan tetapi umat Islam
di Thailand merupakan minoritas yang berkembang cepat dan merupakan minoritas
terbesar setelah China.
Islam masuk ke Thailand pada abad
ke-10 Masehi melalui para pedagang dari Jazirah Arab. Penduduk setempat dapat
menerima ajaran Islam dengan baik tanpa paksaan. Kawasan Thailand yang banyak
dihuni umat muslim adalah wilayah bagian selatan yang berbatasan langsung
dengan Malaysia. Kantong-kantong muslim di daerah Thailand Selatan ini
diantaranya adalah propinsi Pattani,
Yala, Satun, Narathiwat dan Songkhla. Di propinsi-propinsi tersebut, rata-rata dihuni oleh
sekitar 70 – 80 persen muslim. Selain
itu, umat muslim juga tersebar di beberapa wilayah lain, seperti di propinsi
Pattalung, Krabi, dan Nakorn Srithammarat.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Al-Habib, 2001, Sejarah Masuknya
Islam di Timur Jauh, Jakarta: Lentera Basritama.
Anuar, Nik Mahmud, 2004. Sejarah Perjuangan
Melayu Patani 1885-1954, Saremban.
Aphornsuvan, Thanet, 2003. History and Politics of The Muslim in
Thailand, Thammasat University
Azra, Azyumardi, 2005, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII dan XVIII, Jakarta: Kencana.
Farouq, Omar Bajunid, The Muslim In Thailand: A Review, at
Shouteast Asian Studies, (Volume 37. No. 2 September 1999)
Jory, Patrick, dalam Religious Labelling. From Patani Malayu To
Thai Muslim, jurnal ISIM, (Volume 18, Autumn 2006)
Ma’afi, Rif’at Husnul, “Pendekatan Studi Kawasan dalam Studi Islam”
dalam Kalimah: Jurnal Studi Agama-agama dan Pemikiran Islam (Volume 4
Nomor 2 September 2006)
Maryam, Siti (Eds.), Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik
Hingga Modern Yogyakarta: Lesfi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar