Rabu, 14 Maret 2012

PENGGUNAAN MEDIA



Bab I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Sebagai daerah jajahan Belanda, yang sebagian besar rakyatnya beragama Islam, semakin gencar mengobarkan gejolak dan menuntut kemerdekaan bangsa dan tanah air. Pada saat itu bermunculan gerakan-gerakan kemerdekaan seperti organisasi-organisasi yang dipelopori oleh umat Islam
Disamping sebagai gerakan-gerakan kemerdekaan, organisasi-organisasi tersebut, seperti Muhammadiyah, Nahdathul Ulama, Al-Jami’yatul Washliyah, dll. Juga bergerak dalam bidang pendidikan Islam, Seperti yang telah dijelaskan diatas lahirnya organisasi-organisasi tersebut banyak dikarenakan didorong oleh mulai tumbuhnya sikap patriotisme dan nasionalisme.
Organisasi yang juga bergerak dalam bidang sosial keagamaan dan pendidikan Islam salah satunya adalah mengantisipasi kebijakan ataupun eksplotasi politik pemerintah kolonial belanda yaitu upaya untuk menutup peluang pengembangan institusi dan sistem pendidikan Islam di Nusantara.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang menyebabkan lahirnya organisasi-organisasi Islam?
2.      Bagaimana peranan organisasi dan tokoh-tokoh terkemuka dalam bidang pendidikan Islam?







Bab II
Pembahasan
Organisasi dan Tokoh Terkemuka Penyelenggara Pendidikan Islam
A.    Organisasi Islam dan Pendidikan Islam di Indonesia
Lahirnya beberapa organisasi Islam di Indonesia lebih banyak karena didorong oleh mulai tumbuhnya sikap patriotisme dan rasa Nasionalisme serta sebagai respon terhadap kepincangan-kepincangan yang ada dikalangan masyarakat Indonesia pada akhir abad ke -19 yang kemuncuran total sebagai akibat eksplitasi politik pemerintah kolonial Belanda. Langkah pertama diwujudkannya dalam kesadaran berorganisasi
Walaupun banyak cara yang ditempuh oleh pemerintah kolonial waktu itu untuk membendung pergolakan rakyat Indonesia melalui media pendidikan. Namun tidak banyak membawa hasil, malahan berakibat sebaliknya makin menumbuhkan kesadaran tokoh-tokoh organsiasi Islam untuk melawan penjajah Belanda, dengan cara menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan rasa Nasionalisme dikalangan rakyat melalui pendidikan dengan sendirinya kesadaran berorganisasi yang dijiwai oleh perasaan Nasionalisme yang tinggi, menimbulkan perkembangan dan era baru dilapangan pendidikan dan pengajaran.
Maka lahirlah sekolah-sekolah yang semula memiliki dua corak, yaitu :
a)      Sesuai dengan haluan politik :
1.      Taman siswa, Yogyakarta
2.      Sekolah Sarikat Rakyat, Semarang
3.      Ksatria Institut, Bandung
4.      Perguruan rakyat, Jakarta dan Bandung
b)      Sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu :
1.      Sekolah-sekolah Muhammadiyah
2.      Sumatra Tawalib
3.      Sekolah-sekolah Nahdathul Ulama
4.      Sekolah-sekolah Persatuan Umat Islam
5.      Sekolah-sekolah Serikat Islam
6.      Sekolah-sekolah Al-Jami’atul washliyah
7.      Sekolah-sekolah Al-Irsyad
Dan masih banyak sekolah-sekolah lain yang didirikan oleh organsiasi Islam maupun oleh perorangan.
Pada bagian berikut akan dikhususkan pembahasan tentang organisasi-organisasi yang banyak melakukan aktivitas kependidikan Islam.[1]

1.      Al-Jami’at Al-Khairiyah
Organisasi yang lebih dikenal dengan nama Jami’at Khair ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905. Anggota organisasi ini mayoritas orang-orang Arab, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk setiap muslim menjadi anggota tanpa diskriminasi asal usul.
Organisasi ini menggunakan konsep pendidikan konvergensi, yaitu sistem pendidikan gabungan antara sistem pendidikan madrasah (Islam) dengan pendidikan Barat (sekolah) di Indonesia
Disamping membawa pembaruan dalam sistem pengajaran, yang memasukan pengetahuan umum, dan bangsa asing kedalam daftar pengajran, mereka juga memperjuangkan persamaan hak sesame muslim dan pemikiaran kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits. Satu hal yang penting dicatat adalah kenyataan bahwa Jami’at Khair yang pertama memulai organisasi dengan bentuk modern dalam masyarakat Islam, dan yang mendirikan suatu lembaga pendidikan dengan sistem yang boleh di katakana modern.[2]
2.      Muhammadiyah
Didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, pada tanggal 18 November 1912 di Yograkarta. Muhammadiyah mendirikan sekolah umum model pemerintah seperti sekolah guru, tetapi tidak netral agama. Dengan predikatnya sebagai pembaharu. Muhammadiyah menyusun kurikulum pengajaran sekolah-sekolah pemerintah. Pada pusat-pusat pendidikan Muhammadiyah disiplin-disiplin sekuler (ilmu umum) diajarkan, walaupun ia mendasarkan sekolahnya pada masalah-masalah agama. Tampaknya dalam kurikulum, pemisahan antara dua macam disiplin ilmu itu dinyatakan dengan tegas. Berdasarkan susunan mata pelajaran yang termuat dalam rencana pelajaran (sekolah) mata pelajaran agama hanya 20%.
Sebagai institusi pendidikan Islam yang menginginkan pembaharuan dalam pendidikan Islam, agaknya kecenderungan sistem pendidikan yang dipilih oleh Muhammadiyah adalah pendidikan integrative, mengabungkan kurikulum sekolah pemerintah dengan kurikulum madrasah.
Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda, sekolah-sekolah yang dilaksanakan Muhammadiyah adalah :
Ø  Sekolah umum
-          Taman kanak-kanak, vervolg school 2 tahun, schakel school 4 tahun, His 7 tahun, Mulo 3 tahun, AMS 3 tahun, dan HIK 3 tahun
Ø  Sekolah Agama
-          Madrasah ibtidaiyah 3 tahun, Tsanawiah 3 tahun, Muallimin/muallimat 5 tahun, kulliatul muballigin ( SPG Islam) 5 tahun dan Madrasah diniyah.

Selanjutnya pada zaman kemerdekaan, sekolah Muhammadiyah perkembanganya semakin pesat pada dasarnya ada 4 macam jenis lembaga pendidikan yang dikembangkannya, yaitu :
1.      Sekolah-sekolah yang bernaung dibawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu : SD, SMP, SMTA, SPG, SMKA, SMKK, dan sebagainya, pada sekolah-sekolah ini diberikan pelajaran agama sebanyak 6 jam seminggu
2.      Madrasah-madrasah yang bernaung dibawah Departemen agama, yaitu : Madrasah Ibtidaiyah (MI), MTs, MA
3.      Jenis sekolah atau madrasah khusus Muhammadiyah, yaitu : Muallimin, muallimat, sekolah tablig, dan pondok pesantren Muhammadiyah
4.      Perguruan tinggi Muhammadiyah, sampai sekarang cukup banyak mengelola lembaga pendidikan tinggi, baik umum ataupun agama.[3]
3.      Nahdathul Ulama (NU)
Nahdathul Ulama pada waktu berdirinya ditulis dengan ejaan lama “Nahdlatoel oelama (NO)” didirikan di Surabaya tanggal 31 Januari 1926 oleh kalangan ulama penganut mazhab yang sering kali menyebut dirinya sebagai golongan Ahlussunnah Waljama’ah yang dipelopori oleh KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Hasbullah. Berdirinya gerakan NU tersebut adalah sebagai reaksi terhadap gerakan reformasi dalam kalangan umat Islam Indonesia dan berusaha mempertahankan salah satu dari empat mazhab dalam masalah yang berhubungan dengah fiqh. Dalam konteks ini NU memahami hakikat AHlussunah Wal jama’ah sebagai ajaran Islam yang murni sebagaimana diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah bersama para sahabatnya.
Pada akhir tahun 1938, komisi perguruan NU berhasil melahirkan reglemen tentang susunan madrasah-madrasah NU, adapun susunan madrasah-madrasah tersebut adalah :
1.      Madrasah Awaliyah dengan lama belajar 2 tahun
2.      Madrasah Ibtidaiyyah dengan lama belajar 3 tahun
3.      Madrasah Tsanawiyah dengan lama belajar 3 tahun
4.      Madrasah Mu’allimin Wustha 2 tahun
5.      Madrasah Mu’allimin “ulya” 3 tahun
Kurikulum yang menjadi acuan pengajaran di madrasah-madrasah tersebut tampaknya harus menurut ketentuan PBNU bagian pendidikan dan pengajaran atau dikenal dengan ma’rif.[4]
4.      Al-Jami’iyatul Washliyah
Didirikan pada tanggal 30 November 1930. Berdirinya Al-Washliyah dilatlar belakangi oleh kesadaran beberapa pelajar dan guru-guru yang tergabung dalam maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) maktab tersebut signifikan dalam 2 hal :
-          Ia adalah lembaga pendidikan Islam formal pertama di Medan
-          Berdirinya Al-Washliyah adalah merupakan gagasan dari para alumni maktab tersebut
Menarik untuk dicatat bahwa  berdirinya Al-Washliyah tidak tergantung pada seorang tokoh sentral karismatik sebagaimana halnya Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah, Hasyim Asy’ari dengan NU, atau Ahmad Syurkati dengan Al-Washliyah lebih merupakan hasil upaya bersama beberapa orang dengan peran dan keistimewaannya masing-masing. Hal lain mengenai pendidikan Al-Washliyah adalah sistem pendidikan yang dianut oleh Al-Washliyah bersifat variatif dan tidak hanya lembaga pendidikan yang bersifat keagamaan saja seperti madrasah, tetapi juga sekolah yang identik dengan lembaga pendidikan umum.
Adapun tingkatan madrasah-madrasah Al-Washliyah, lama belajar dan persentase kurikulumnya adalah sebagai berikut:
1.      Tingkatan Tajhiziah dengan lama belajar 2 tahun, diperuntukkan bagi anak-anak yang belum pandai membaca dan menulis Al-Qur’an.
2.      Tingkatan Ibtidaiyyah dengan lama belajar 4 tahun bagian pagi dan 6 tahun bagian sore. Materi pelajaran berkisar 70 % ilmu agama dan 30 % ilmu umum
3.      Tingkatan Tsanawiyah dengan lama belajar 3 tahun materi pelajaran berkisar 70 % ilmu umum
4.      Tingkatan Qismul’Ali dengan lama belajar 3 tahun materi pelajarannya berkisar 70 % ilmu agama dan 30 % ilmu umum
5.      Tingkat Takhassus dengan lama belajar 2 tahun materi pelajarannya adalah khusus memperdalam ilmu agama dan keahlian tertentu.
6.      Didirikan sekolah guru Islam (SGI) untuk mempersiapkan guru-guru yang cakap mengajar pada tingkatan Ibtidaiyyah dan sekolah-sekolah SR umum materi pelajarannya berkisar 50 % ilmu agama dan 50% ilmu umum. Selain mendirikan madrasah, Al-Washliyah juga mendirikan sekolah umum antara lain : sekolah rakyat, SMP, SMA, materi pelajarannya adalah 70 % umum dan 30 % agama.[5]

5.      Al-Irsyad
Didirikan pada tahun 1913 oleh perhimpunan Al-Irsyad, Jakarta. Dengan tokoh pelopornya adalah Ahmad Syukati. Tujuan perkumpulan Al-Irsyad ini adalah memajukan pelajaran agama Islam yang murni di kalangan bangsa Arab di Indonesia.
Dalam bidang pendidikan, Al-Irsyad mendirikan madrasah :
1.      Awaliyah, lama belajar 3 tahun
2.      Ibtidaiyah, lama belajar 4 tahun
3.      Tajhiziah, lama belajar 2 tahun
4.      Mu’allimin, lama belajar 4 tahun
5.      Takhassus, lama belajar 2 tahun.[6]

B.     Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam Di Indonesia
Adapun tokoh-tokoh pendidikan Islam diantaranya:
1.      KH. Abdul Halim
lahir di Ciblerelang, Majalengka pada tahun 1887 M. dia adalah pelopor gerakan pembaharuan didaerah majalengka, Jawa Barat, yang kemudian berkembang menjadi perserikatan ulama di mulai pada tahun 1911 yang kemudian menjadi persatuan umat Islam 1952 M.
2.      KH. Hasyim Asy’ari
Dilahirkan pada tanggal 14 Februari 1981 M di Jombang Jawa Timur, mula-mula belajar Agama Islam pada ayahnya sendiri kyai Asy’ari kemudian belajar ke pondok Pesantren Purbalingga. Kemudian pindah lagi ke Plangitan Semarang, Madura, dan lain-lain. Maka dibawah pimpinan KH. Ilyas dimasukkan pengetahuan umum kedalam madrasah salafiyah, yaitu membaca dan menulis Indonesia, mempelajari bahasa Indonesia, mempelajari ilmu bumi dan sejarah Indonesia, mempelajari ilmu berhitung. Semua itu diajarkan dengan memakai buku-buku huruf latin.

3.      KH. Ahmad Dahlan
Dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 M dengan nama kecilnya Muhammad Darwis, putra dari KH. Abu Bakar bin Kyai Sulaiman, khatib di Masjid (Jami’l) kesultanan Yogyakarta, ibunya H. Ibrahim seorang penghulu
4.      Ahmad Surkati
Nama lengkapnya syeikh Ahmad Surkati adalah Ahmad bin Muhammad Surkati al-kharraj al-Anshari. Ia lahir di daerah Adfu Donggala Sudan. Ayahnya bernama Muhammad yang masih diyakini memiliki hubungan dengan Jabir bin Abdullah al-Anshari. Adapun nama Surkati yang terdapat pada namanya itu diperoleh dari sebutan neneknya, sehingga namanya menjadi Ahmad Surkati. Lebih lanjut kata Surkati yang ada dibelakang namanya itu merupakan sebutan bagi kakeknya yang sepulangnya mencari ilmu di Mesir dengan membawa sejumlah kitab.[7]















Bab III
PENUTUP
Ø Organisasi dan Tokoh Terkemuka Penyelenggara Pendidikan Islam
Adapun organisasi-organisasi yang banyak melakukan aktivitas pendidikan Islam di Indonesia di antaranya:
1.      Al-Jami’at Al-Khairiyah
Organisasi yang lebih dikenal dengan nama Jami’at Khair ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905.
2.      Muhammadiyah
Didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, pada tanggal 18 November 1912 di Yograkarta.
3.      Nahdathul Ulama (NU)
didirikan di Surabaya tanggal 31 Januari 1926 oleh kalangan ulama penganut mazhab yang sering kali menyebut dirinya sebagai golongan Ahlussunnah Waljama’ah yang dipelopori oleh KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Hasbullah
4.      Al-Jami’iyatul Washliyah
Didirikan pada tanggal 30 November 1930.
5.      Al-Irsyad
Didirikan pada tahun 1913 oleh perhimpunan Al-Irsyad, Jakarta. Dengan tokoh pelopornya adalah Ahmad Syukati.
Adapun tokoh-tokoh terkemuka pendidikan Islam di Indonesia diantaranya :
1.      Ahmad Surkati
2.      KH. Ahmad Dahlan
3.      KH. Hasyim Asy’ari
4.      KH. Abdul Halim


Daftar Pustaka

http:// motivatis. Wordpress. Com/organisasi_ tokoh_pendidikan_Islam
Nizar, Samsul, 2009. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenanda media group
Ramayulis, 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: kalam Mulia


[1]Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam. (Jakarta : Kencana Prenanda Media Group, 2009) hlm. 352
[2]http:// motivatis. Wordpress. Com/organisasi_tokoh_Pendidikan_Islam
[3]Ibid.,
[4]Ibid.,
[5]Samsul Nizar, hlm 322-337
[6]Op.Cit.,
[7]Ramayulis. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Kalam Mulia. 2009) hlm : 327-335

Tidak ada komentar:

Posting Komentar